Reaksi Alkilasi
Reaksi
alkilasi dengan katalis asam dimulai dengan pembentukan ion karbonium (C+4H9 )
dengan mentransfer proton (H+) dari katalis asam ke molekul umpan olefin, dan
kemudian ion karbonium tersebut berkombinasi dengan molekul jumpan isobutana untuk menghasilkan kation
tertier butil (iso C+ 8H9). Reaksi antara kation tertier butil tersebut dengan
umpan butilena-1 dan butilena-2 akan membentuk masing-masing ion karbonium
oktil (iso C+8H17) dengan dua cabang (dimetil) dan tiga cabang (trimetil) yang
selanjutnya akan bereaksi dengan molekul umpan isobutana untuk menghasilkan
produk alkilat isooktana yaitu masing-masing bercabang dua dan tiga metal.
Mekanisme
Reaksi Alkilasi
Dengan
isomerisasi umpan butilena-1 menjadi butilena-2 yang kemudian berkombinasi
dengan umpan isobutana, maka produk alkilasi akan menghasilkan isooktana
bercabang tiga metil, berangka oktana lebih tinggi. Salah satu reaksi penting
dalam proses alkilasi propilena adalah terbentuknya isobutilena dari hasil
kombinasi kedua molekul umpan propilena dan isobutana, dan berkombinasinya
molekul isobutilena tersebut dengan umpan isobutana akan menghasilkan produk
isooktana bercabang tiga metil yang berangka oktana -RON -100. Isobutilena
tersebut terbentuk dengan timbulnya transfer hidrogen dari isobutana ke propilena.
Reaksi alkilasi adalah eksotermis dengan pelepasan panas reaksi sekitar
124.000–140.000 BTU per barel isobutana bereaksi.
Alkilasi Asam Sulfat
Pada
proses alkilasi asam sulfat, komponen gasoline dengan angka oktan tinggi dibuat
melalui reaksi isobutana dengan olefin. Butilena merupakan senyawa yang paling
umum dipakai, karena produk yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi dan dapat
diperoleh hanya dengan sedikit asam sulfat dibandingkan dengan olefin lainnya,
jika diproses pada kondisi operasi yang sama.
Didalam
industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena sebagian besar berasal
dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga terdapat dalam
minyak mentah bersama-sama dengan normal butane. Reaksi yang terjadi pada
alkilasi dengan asam sulfat sebagai katalis adalah :
Umpan
Butana-butilena (BB) yangberasal dari berbagai operasi perengkahan adalah suatu
campuran isobutilena, butilena-1, butilena-2, isobutana dan normal butane
dengan sedikit butadiene. Semua olefin-olefin ini termasuk kedalam reaksi yang
akan menghasilkan alkilat. Alkilat tersebut esensinya merupakan campuran 2,2,4
trimetil pentane : 2,2,3 trimetil pentane dan 2,3,4 trimetil pentane.
Secara
garis besar unit alkilasi itu terdiri menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian
Reaktor dan Treating
2. Bagian
Pendingin
3. Bagian
Fraksionasi
Umpan
masuk reactor adalah isobutana yang konsentrasinya tinggi dengan kemurnian
85-90 % (berat), stok olefin yang biasanya campuran BB dari berbagai hasil
operasi perengkahan dan reforming. Kedua jenias umpan tersebut bila diperlukan
dipanaskan dengan larutan soda untuk memisahkan H2S dan merkaptan
yang terdapat didalam umpan. Kadar soda dalam larutan dicuci. Pencucian soda
(soda setter) dijaga 5-6 oBe atau 2 % NaOH. Untuk menekan
terjadinya reaksi samping \, terutama polimerisasi, maka dipakai umpan
isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4-5 kali jumlah olefin. Didlam
reactor terjadi daur-ulang antara isobutana dan asam sulfat jenuh dengan
isobutana yang akan menaikkan nisbah isobutana/olefin didalam reactor menjadi
400-500.
Jika
menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada suhu
rendah untuk menekan terjadinya reaksi berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu
reactor biasanya dijaga sekitar 7C atau 45F,
dimana suhu operasi beragam antara 0-20C atau 32-68F.
Operasi pada suhu dibawah 0 derajat tidak menarik karena dapat
menaikkan viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan memberi kemungkinan
terjadinya pembekuan asam sehingga menyulitkan dalam operasinya. Sebaliknya
suhu diatas 20C juga tidak menarik karena samngat cenderung
mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan kenaikan konsumsi asam
dan menurunkan yield alkilat. Tekanan operasi tidak begitu berpengaruh terhadap
efisiensi alkilasi. Tekanan system harus tinggi untuk menjaga hidrokarbon
berada dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup untuk mengatur fluida
mengalir dalam system reactor.
Katalis
asam sulfat dengan konsentrasi 98% (berat) dimasukkan secara terus-menerus atau
dengan secara injeksi asam dari belakang. Nisbah asam dan hidrokarbon didalam
reactor adalah 1:1. Penambahan asaam segar didalam reactor dilakukan apabila
konsentrasinya kurang dari 88% (berat). Kualitas alkilat. Yoeld alkilat dan
umur katalis asam merupakan fungsi daripada komposisi umpan masuk dan kondisi
operasi dalam reactor.
Alkilasi
Asam Fluorida
Alkilasi
dengan menggunakan asam fluoride sebagai katalis telaah dijumpai dalam 2
kelompok operasi pengilangan minyak. Pertama dalam pembuatan
komponen dasar utnuk deterjen sintesis, yang diperoleh dari alkilasi benzene
dengan olefin yang sesuai, seperti propilena tetramer, olefin yang diturunkan
dari perengkahan lili, dan lain-lain. Alkilasi ini banyak dijumpai dalam bidang
petrokimia. Kedua dalam pembuatan komponenen blending untuk
avgas yang berkualitas tinggi melalui alkilasi isobutana dengan propilena,
butilena dan pentilena (amilena).
Proses
alkilasi asam fluoride utnuk pembuatan komponen dasar avgas ini telah
dikembangkan oleh Philips Petroleum Company dan oleh UOP Company. Operasi
proses ini sangan sama dengan operasi alkilasi asam sulfat. Perbedaannya yang
sangat penting adalah terletak adalah pada pengolahan asam bekas yang siap dan
terus-menerus dapat diregenerasi sehingga konsumsi asam flourida sangat
sedikit. Regenerasi asam bekas ini dipengaruhi oleh cara destilasi yang sangat
sederhana, dimana asam dapat dipisahkan dari caampurab azeotrop H2O-HF
dan polimer yang terbentuk dari proses alkilasi. Titik didih HF pada tekana 1
atm adalah 19,4C dan berat jenisnya 0.988. Tanpa proses
regenerasi, baik air maupun polimer akan terakumulasi didalam asam dan akan
berpengaruh buruk terhadap yield dan kualitas produk. Asam yang sudah
diregenerasi didaur ulang kedalam reactor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar