Air baku yang digunakan dalam proses
pengolahan air umunya mengandung total suspended
solid yang dapat menyebabkan kekeruhan pada air baku. Kandungan total suspended
solid di dalam air sangat bervariasi
tergantung kualitas air baku. Pada saat musim kemarau kandungan total
suspended solid akan menjadi lebih rendah dari pada kandungan total
suspended solid pada saat musim hujan. Kandungan total suspended solid dapat
diturunkan dengan proses pengendapan pada bak prasedimentasi. Pengolahan
eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan telarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang
merupakan penyebab utama pembentukan
kerak) dan gas- gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah :
• Koagulasi dan Flokulasi
• Sedimentasi
• Filtrasi
• Demineralisasi
• Softening
• Deaerasi
Metode pengolahan awal adalah
sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan
atau pengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan,
penyaring pasir bertekanan, dengan
aerasi untuk kmenghilangkan karbon dioksida dan besi.
1.
Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi yaitu proses
pemberian bahan-bahan koagulan dan flokulan
kedalam air umpan boiler dengan cara penginjeksian. Koagulasi merupakan
proses netralisasi muatan sehingga
partikel partikel dapat saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Flokulasi merupakan proses penyatuan
antar partikel-partikel yang sudah
saling berdekatan satu dengan yang lain sehingga partikel -partikel akan
saling menarik dan membentuk flok. Untuk
menurunkan turbidity pada inlet clarifier diinjeksikan bahan kimia, yaitu :
a. Alum Sulfat (Al2(SO4).
18 H2O)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari
partikel yang tersuspensi dalam air.
Bila alum sulfat dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang
menghasilkan alumunium hidroksida dan
asam sulfat. Penambahan alum tergantung pada
turbiditydan laju alir air.
Reaksi
yang terjadi adalah :
Al2 (SO4). 18 H2O + 6 H2O 2Al(OH)3
+ 3H2SO4 18 H2O
Al (OH)3 yang berupa koloid
akan mengendap bersama kotoran lain yang terikut ke dalam air sedangkan H2SO4
akan mengakibatkan air bersifat asam.
b. Caustik Soda (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan asam akibat
reaksi pada proses sebelumnya, konsentrasi caustik soda
yang ditambahkan bergantung pada keasaman larutan. PH diharapkan antara
6 – 8.
Reaksi yang terjadi adalah :
H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4
+ 2 H2O
c. Klorin (Cl2)
Penambahan klorin ini bertujuan untuk
mematikan mikroorganisme dalam air,
disamping itu juga untukmencegah tumbuhnya lumut pada dinding clarifier
yang dapat mengganggu proses
selanjutnya.
d. Coagulant Aid (Polymer)
Berfungsi untuk mempercepat proses
pengendapan, karena penambahan bahan ini akan mengikat partikel-partikel yang
menggumpal sebelumnya menjadi gumpalan
yang lebih besar (flok) sehingga
lebih mudah dan cepat mengendap.
2. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan
partikel - partikel melayang di dalam air oleh pengaruh gaya gravitasi
atau gaya berat partikel. Berdasarkan tingkat konsentrasi partikel di dalam air
dan kecenderungan partikel untuk saling berinteraksi, maka proses
sedimentasi dapat digolongkan kedalam 4 tipe sedimentasi sebagai berikut :
a)
Tipe 1 : Pengendapan Partikel Mandiri (Discrete
Particle Settling)
b)
Tipe 2 : Pengendapan Partikel Floc ( Floculant
Settling)
c)
Tipe 3 : Pengendapan Secara Perintangan ( Hindered
Settling )
d) Tipe 4 : Pengendapan
Secara Pemampatan ( Compression Settling )
A. Pengendapan Partikel Mandiri (Discrete
Particle Settling)
Pengendapan sebuah discrete particle di dalam air hanya
dipengaruhi oleh karakteristik air dan partikel yang bersangkutan dan
dapat diterangkan dengan rumus - rumus sederhana dalam mekanika fluida. Yang
dimaksud dengan discrete particle adalah partikel yang tidak mengalami
perubahan bentuk, ukuran, maupun berat selama partikel tersebut mengendap.
Proses pengendapan partikel berlangsung semata-mata akibat pengaruh gaya partikel
atau berat partikel sendiri. Pengendapan akan berlangsung sempurna apabila aliran
dalam keadaan tenang (aliran laminer)
a.
Gerakan partikel
Akibat
beratnya sendiri, partikel yang mempunyai rapat masa lebih besar dari rapat
masa air akan bergerak vertikal ke bawah. Gerakan partikel di dalam air
yang tenang akan diperlambat oleh gaya hambatan akibat kekentalan air (drag
force) sampai dicapai suatu keadaan dimana besar gaya hambatan setara
dengan gaya berat efektif partikel di dalam air. Setelah itu gerakan
partikel akan berlangsung secara konstan dan disebut terminal settling velocity.
b.
Gaya berat partikel
Gaya berat
partikel dalam air merupakan resultant antara gaya berat partikel dan
gaya apung.
Fi = Fv –
Fb ………………………………………(1)
dengan :
Fi = gaya
berat efektif partikel dalam air,
Fv = gaya
berat partikel,
Fb = gaya
apung.
Apabila Fv
= ρs . g . Vp dan Fb = ρv . g . Vp, maka :
Fi = ( ρs –
ρw ). g . Vp ………………………… (2)
dengan :
ρs = rapat masa partikel,
ρw = rapat masa air,
g = percepatan grafitasi
bumi,
Vp = volume partikel
c. Gaya hambatan
Gaya hambatan yang dialami selama partikel bergerak di dalam air
dipengaruhi oleh kekasaran, ukuran, bentuk, dan kecepatan gerak partikel serta
rapat masa dan kekentalan air.
Fd = CD . Ap . ρ . Vs2
…………………………… (3)
dengan :
Fd = gaya hambatan,
Ap = luas proyeksi partikel,
Vs = kecepatan gerak
partikel,
CD =
koefisien hambatan.
d. Kecepatan pengendapan
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka kolam pengendapan
dirancang berdasarkan ukuran butir yang paling dominan. Apabila kecepatan
pengandapan partikel tersebut vt , maka semua partikel yang mempunyai kecepatan
pengendapan sama atau lebih besar dari vt akan diendapakan pada dasar
kolam. Dengan demikian apabila luas permukaan kolam A, maka besarnya laju
pemisahan partikel dari aliran air adalah :
Q = A . vt
Selanjutnya
: vt = Q / A dan disebut laju pembebanan permukaan (surface loading rate atau
overflow rate ). Jadi kalau pembebanan permukaan setara dengan kecepatan
pengandapan.
e.
Kolam pengendapan ideal
Pada kolam pengendapan yang ideal dengan aliran continue,
maka panjang kolam dan waktu tinggal ditentukan sedemikian sehingga semua
partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan vt akan mengendap di dasar
kolam.
f. Pengaruh Ukuran partikel
Mengingat bahwa ukuran butir partikel di dalam air sangat
bervariasi, maka tidak semua partikel dapat diendapkan di dalam kolam pengendapan.
Dengan demikian hanya partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan sama
atau lebih besar dari vt akan tertahan secara sempurna di dalam kolam pengendapan.
g. Efesiensi pengendapan
Pengendapan tidak langsung
dipengaruhi oleh kedalaman kolam, tetapi dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan.
Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang optimal, kolam pengendapan
dirancang tidak terlalu dalam.
B. Pengendapan Partikel Floc ( Floculant
Settling)
Partikel yang berada dalam larutan encer
sering tidak berlaku sebagai partikel mandiri (discrete particle) tetapi
sering membentuk gumpalan (flocculant particle) selama mengalami proses
sedimentasi. Bersatunya beberapa partikel membentuk gumpalan akan memperbesar
rapat masanya, sehingga akan mempercepat pengendapannya.
Proses penggumpalan (flocculation)
di dalam kolam pengendapan akan terjadi tergantung pada keadaan partikel untuk saling
berikatan dan dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti laju pembebanan
permukaan, kedalaman kolam, gradient kecepatan, konsentrasi partikel di dalam air
dan range ukuran butir. Pengaruh dari variabel-variabel tersebut dapat
ditentukan dengan percobaan sedimentasi.
a.
Karakteristik pengendapan
Karakteristik dari pengendapan partikel flok, dapat ditentukan
dengan percobaan yang menggunakan sebuah kolom pengendapan. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan digunakan kolom dengan tinggi 3 m dan diameter
150 mm. kolom pengendapan dilengkapi dengan krans pengambil sampel air
dengan jarak vertical 0,6 m. dengan hati-hati kolom diisi dengan larutan suspense
sehingga diperoleh distribusi ukuran butir yang cukup seragam pada sepanjang
kolom dan dijaga agar partikel mengendap dalam suasana tenang.
b.
Pengendapan
Pengambilan sampel air dilakukan berdasarkan variasi waktu
dan kedalaman air. Untuk selanjutnya sampel air dianalisis
kandungan partikelnya. Fraksi partikel yang mengendap selanjutnya diplotkan
dengan variasi waktu dan keadaan, seperti disajikan pada gambar berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar